Bicara Cinta : The Art of Loving

Februari seringkali diidentikkan dengan bulan kasih sayang. Setiap individu memaknai cinta dengan berbagai cara. Demikian juga beberapa ahli memberikan berbagai makna terhadap cinta itu sendiri.

Erich Fromm mengkombinasikan perspektif humanistic dan psikoanalitik ke dalam teorinya mengenai cinta. Bagi Fromm, manusia modern menderita alienasi dan kesepian yang disebabkan oleh kondisi masyarakat. Namun tidak seperti Sigmund Freud yang memandang cinta dan seks sebagai ekspresi sifat dasar manusia yang bersifat instingtif dan hewani, Fromm melihat cinta sebagai sebuah karakteristik yang unik yang sebenarnya memanusiakan pria dan wanita. Dalam rangka meredakan perasaan keterasingan, manusia mencari kontak dengan dunia di sekitar mereka, dan khususnya, dengan individu lain. Cinta merupakan hasil positif dari perjuangan individu untuk bergabung dengan individu lainnya.

Selanjutnya, Fromm mendeskripsikan berbagai karakteristik yang dapat membedakan berbagai kualitas dan tipe cinta. Sebagai contohnya, cinta yang tidak matang jika dalam menerima cinta seseorang lebih besar daripada dalam memberikan cinta. Kepribadian seorang individu yang matang, akan mampu memberikan cinta sebesar menerima cinta itu sendiri.

Dalam cinta yang matang, setiap individu peduli satu sama lainnya. Selain itu menurut Miller & Siegel, individu dengan cinta yang matang merasa bertanggung jawab terhadap satu sama lain, bukan sekedar melakukan kewajiban, namun memberi secara tulus. Cinta yang matang juga mencakup penghargaan terhadap perkembangan pasangannya. Agar dapat mencintai secara matang, setiap orang harus memiliki pengetahuan mengenai pasangannya. Fromm memandang cinta sebagai sesuatu yang lebih kompleks dibandingkan hanya sekedar suatu cara untuk meredakan ketegangan seksual.

Tipe cinta menurut Fromm dimulai dengan jenis cinta keibuan (motherly love) yaitu cinta yang sepenuhnya bersifat satu sisi dan tidak setara. Ibu memberikan cinta tanpa bersyarat dan tidak meminta balasan. Dari cinta ibu ini, anak memperoleh rasa stabilitas dan keamanan. Cinta persaudaraan (brotherly love) melibatkan cinta terhadap semua orang, yaitu semua jenis manusia. Sedangkan cinta erotic (erotic love), merupakan cinta yang diarahkan pada individu tunggal, cinta erotic bersifat sementara, keintiman yang hanya bersifat sesaat. Dalam kasus-kasus semacam ini (jika cinta erotic dominan), individu dapat beralih dari kekasih satu kepada kekasih satunya dengan cepat. Orang yang terlibat hanya dalam cinta erotic,  tidak mengalami cinta yang sebenarnya, namun hanya memuaskan kebutuhan seksualnya ataupun meredakan kecemasan.  Saya mengenal beberapa orang  yang dominan cinta eroticnya. Mereka cenderung impulsive dalam memutuskan sebuah hubungan. Hubungan yang mereka jalin terkadang hanya sesaat. Selain itu, mereka cenderung mudah tertarik dengan orang lain dengan begitu cepatnya. Sesudahnya,  mereka akan beralih kepada individu lain, dengan alasan yang cenderung menyalahkan pasangan sebelumnya.

Cinta yang matang (mature love) sebenarnya menggabungkan elemen-elemen dari cinta persaudaraan dengan cinta pada diri. Seseorang harus mampu mencintai dirinya sendiri dan memiliki kesetiaan agar dapat menggabungkan cinta persaudaraan sebelum dapat mencintai secara berhasil dan matang. Erich Fromm berkeyakinan pemuasan seksual secara langsung tidak memudahkan cinta, namun kepuasan seksual akan mengikuti cinta yang sebenarnya. Ide ini menyatakan bahwa seks yang terbaik datang dari relasi yang penuh cinta.

Jika seorang wanita mencari relasi yang tidak pernah didapatkan dari ayahnya, atau jika seorang pria mencari cinta kasih ibu, tidak satupun dari keduanya akan dipuaskan sepenuhnya. Relasi cinta yang seperti itu merupakan contoh dari cinta neurotic. Demikian juga, jika individu menyerahkan indetitasnya sendiri dan memuja pasangannya, hasilnya adalah sebuah bentuk cinta yang semu (pseudo-love)